HIMIPOL

HIMIPOL

Sunday 4 October 2015

Kepada yang Baru dan Kuharap yang Terakhir...

Mengapa aku selalu berada diantara dua orang yang cintanya belum habis? Terperangkap disana hingga tak tahu jalan keluar,
Ingin pindah tapi sudah sayang,
Ingin pergi tapi sudah cinta,
Ingin berlalu tapi tak mau,
Mengapa?
Ini untuk kedua kalinya dan kuharap tak sesakit yang lalu. Matanya selalu meyakinkan tapi keraguan selalu menggerogoti kepercayaan.
Bagaimana bisa?
Aku tahu, aku pernah mengalaminya, berkutat dengan pertengkaran yang disebabkan oleh masa lalu kemudian ditinggalkan tanpa merasa bersalah. Tapi bukan berarti hatiku masih kuat untuk dibanting, bukan?
Lalu bagaimana aku bisa berdamai dengan rasa sakit lagi nantinya, jika yang lalu saja hampir membuatku sekejap mati?
Aku mulai mencintainya, memang
Dan, dia juga mencintaiku. Katanya. Tapi entah mengapa kata-kata yang keluar dari bibir laki-laki sulit dipercaya jika tak disertai dengan pembuktian
Aku memang percaya, tapi tak penuh. Tak sepenuhnya setelah saat itu..
Bukankah masa lalu harus dijadikan pelajaran?
Ketika aku memutuskan untuk menerima segala risiko yang terjadi nantinya, aku terpaksa membuka kotak memori lusuh berharap aku bisa mempelajari kesalahan yang lalu dan tak ingin kuulang lagi. Tapi ternyata air mata tak jarang menetes, mengapa masih sesakit ini?
Kepada yang baru dan kuharap yang terakhir, bisakah kau tak mengulangi kesalahan masa laluku? Pergi meninggalkanku dan kembali kepada masa lalunya? Bisakah?
Jika iya, percayalah... aku akan mencintaimu hingga akhir, tanpa jeda. Takkan kusia-siakan orang yang mencintaiku dengan tulus, takkan pernah. Sebab, aku tak ingin menyakiti.
Kuberi hatiku sepenuhnya, ada beberapa lebam yang masih membiru, tapi tak apa sebentar lagi akan sembuh dengan sendirinya setelah kehadiranmu. Asal kau tak menambah luka baru, kita akan bahagia.
Kepada yang baru dan kuharap yang terakhir, terimakasih sudah membuatku jatuh cinta lagi dan sudah membuktikan bahwa tak semua laki-laki sejahat itu. Terimakasih juga sudah sudi memapahku meski aku berjalan lambat terseok-seok.

Terimakasih untuk segalanya, untuk kamu dan untuk kita yang sedang berusaha bahagia
(siti fatimah azzahra)

No comments: